Yahudi Bangsat

Yahudi Bangsat
no think

Minggu, 03 April 2011

Asal Usul Yahudi dan Tanah Palestina

Nabi Ibrahim as dilahirkan dan tumbuh di negeri Babilonia, suatu negeri yang pada saat itu penduduknya melakukan berbagai bentuk kemusyrikan, seperti menyembah batu, berhala, bintang. Semua penduduknya pada saat itu mengingkari Allah swt kecuali Ibrahim, istrinya dan keponakannya (Luth).

Berbagai upaya dilakukan olehnya untuk mendawahi mereka agar menyembah Allah swt termasuk terhadap ayahnya sendiri dengan menjelaskan kepada mereka bahwa apa yang mereka sembah tidaklah bisa memberikan manfaat ataupun mudharat sedikit pun.

Ketika Ibrahim merasa bahwa da’wahnya kurang disambut maka mereka berpindah ke negeri Syam (Palestina) dan menetap di daerah Nablus. Dan pada saat Palestina diterpa musibah kelaparan dan biaya hidup begitu tinggi maka mereka berpindah ke negeri Mesir. Dari Mesir mereka kembali lagi ke Palestina.

Pada saat di Mesir, Ibrahim mendapatkan hadiah dari Fir’aun Mesir seorang budak wanita yang bernama Hajar. Dan dari Hajar beliau as mendapatkan Ismail yang kemudian dibawa oleh Ibrahim ke Mekah.

Sementara dari Sarah, Ibrahim mendapatkan Ishaq pada usianya yang menginjak 100 tahun setelah 14 tahun kelahiran Ismail. Kemudian Ishaq menikah dengan Rifqo binti Batwail di usia 40 tahun dan Ibrahim pada saat itu masih hidup. Dari Batwail ini, beliau mendapatkan anak kembar yang bernama ‘Aishu dan Ya’qub.

Allah memberikan kepada Ya’qub 12 orang anak, yaitu : Ruwaibil, Syam’un, Luwa, Yahudza, Isakhar, Zailun, Yusuf, Benyamin, Dan, Naftli, Had dan Asyir. Sementara yang paling dicintai oleh Ya’qub adalah Yusuf. Hal ini membuat cemburu saudara-saudaranya yang akhirnya mereka bersepakat untuk membuangnya ke sumur yang ditemukan oleh sekelompok musafir dan dijadikan barang dagangan. Yusuf kemudian dibeli oleh seorang penguasa Mesir dan istrinya dengan harga 20 dirham. Di negeri Mesir, Yusuf mendapatkan kesuksesan dengan menjadi bendaharawan negara dan ia pun mengajak ayah dan saudara-saudaranya untuk berpindah ke Mesir.

Ketika Mesir berada dalam puncak kezhaliman yang dilakukan oleh Fir’aun terhadap orang-orang Bani Israil dengan menyembelih anak-anak lakinya dan membiarkan hidup anak-anak perempuan kemudian Allah swt mengutus Musa as dan Harun untuk menda’wahi Fir’aun.

Upaya Musa dan Harun ini pun mendapat perlawanan yang luar biasa dan keras dari Fir’aun dan para tukang sihirnya sehingga Musa dan orang-orang yang beriman kepadanya melarikan diri. Pelarian diri mereka pun dikejar oleh Fir’aun dan tentaranya hingga sampai ke tepi lautan. Allah memerintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke lautan sehingga terdapat jalan untuk bisa dilintasi oleh Musa dan orang-orang yang beriman sehingga selamat sampai di tepian, dan ketika Fir’aun serta tentaranya yang ada di belakang mereka memasuki jalan tersebut maka Musa memukulkan kembali tongkatnya ke lautan sehingga lautan itu menjadi seperti sedia kala dan menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya.
Kemudian Allah swt memerintahkan Musa dan orang-orang yang bersamanya untuk keluar dari Mesir dan menuju Baitul Maqdis (Palestina). Di negeri ini, Musa mendapatkan suatu kaum yang kuat dan gagah dari keturunan al Haitsaniyin, al Fazariyin dan al Kan’aniyin dan yang lainnya. Musa pun memerintahkan para pengikutnya untuk memasukinya serta memerangi mereka namun mereka semua enggan dan tidak mau menuruti perintah nabinya sehingga Allah menyesatkan mereka semua selama 40 tahun.

Pada masa 40 tahu didalam kesesatan ini Musa dan Harun meninggal dunia sehingga kepeminpinan Bani Israil dipegang oleh Yusa’ bin Nuun yang kemudian berhasil menundukkan Baitul Maqdis.
Setelah orang-orang Bani Israil menetap di Palestina, mereka mengalami tiga masa secara berturut-turut :
  1. Masa Kehakiman; dimana kebanyakan keturunan mereka mengembalikan segala putusan dari perkara yang diperselisihkan diantara mereka kepada satu orang hakim. Masa ini berlangsung hingga sekitar 400 tahun.
  2. Masa Menjadi Raja; sebagaimana firman Allah swt didalam surat al Baqoroh ayat 246 – 252. Allah menjadikan Thalut sebagai raja, kemudian Daud dan Sulaiman as.
  3. Masa Perpecahan; yaitu pada masa setelah Sulaiman as terjadi perselisihan antara Rahbi’an bin Sulaiman dengan Yarbi’an bin Nabat. Kemudian Rahbi’an dan keturunan Yahudza serta Benyamin mendirikan negara yang bernama Negara Yahudza yang dinisbahkan kepada Yahudza dari keturunan Daud dan Sulaiman. Ibu kota negara ini di Baitul Maqdis.
Sedangkan Yarbi’an bin Nabath dengan 10 keturunan yang tersisa mendirikan negara Israil di sebelah Palestina bagian utara dengan ibu kotanya adalah Nablus. Merekalah orang-orang yang kemudian dinamakan dengan Syamir yang dinisbahkan kepada gunug di sana yang bernama Syamir.

Pada tahun 722 SM, negara Israil jatuh ke tangan orang-orang Asyuri dibawah pimpinan raja mereka yang bernama Sarjun sedangkan negara Yahuza jatuh ke tangan orang-oang Fira’unah pada tahun 603 SM.

Pada kira-kira tahun 586 SM Bukhtanshar (Nebukat Nashar), raja Babilonia berhasil menduduki Palestina dan mengusir orang-orang Fira’unah serta menghancurkan negara Yahudza dan memenjarakan orang-orang Yahudi serta membawanya ke Babilonia, yang kemudian dikenal dengan ‘Tawanan Bailonia’

Pada tahun 538 SM, raja Parsia yang bernama Kursy berhasil menaklukan Babilonia sehingga melepaskan para tawanan Yahudi dan sebagian dari mereka kembali lagi ke Palestina.

Pada tahun 135 SM, orang-orang Romawi pada masa kepemimpinan Adryan berhasil memadamkan revolusi yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi sehingga menghancurkan negeri. Orang-orang Romawi berhasil mengusir mereka (Yahudi) dari sana dan menjadikan mereka terpecah-pecah di berbagai tempat di bumi. Sebagaimana firman Allah swt :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَن يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الأَرْضِ أُمَمًا مِّنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa Sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksa-Nya, dan Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. Al A’raf : 167 – 168)


Pada saat Palestina dibawah kekuasan Romawi ini, Allah swt mengutus Isa as sebagai Rasul kepada Bani Israil, sebagaimana firman Allah swt “Seorang rasul kepada Bani Israil” yang mengajak mereka untuk memperbaiki berbagai kerusakan. Seruan ini disambut oleh sebagian orang-orang Yahudi. Dan orang-orang Yahudi terpecah menjadi dua, sebagaimana diberitakan Allah swt ;

فَآَمَنَت طَّائِفَةٌ مِّن بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَت طَّائِفَةٌ

Artinya : “lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir.” (QS. Ash Shaff : 14)

Golongan yang pertama adalah orang-orang Nasrani sedangkan yang kedua adalah Yahudi.

Para tukang tenung dan ulama Yahudi mendatangi Raja Romawi agar menangkap dan membunuh Isa as yang kemudian permintaan ini disambut oleh raja, namun Allah swt mengangkat Isa dan menggantikannya dengan orang yang mirip dengannya yang kemudian disalib, firman Allah swt :

إِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ

Artinya : “(ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, Sesungguhnya aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku.” (QS. Al Imran : 55)

Artinya : “dan karena Ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (QS. An Nisaa : 157) (Disarikan dari Al Bidayah wan Nihayah dan majdah.maktoob.com)

Kaum Muslimin Lebih Berhak Atas Yahudi Terhadap Palestina
Terhadap bumi Palestina maka kaum muslimin lebih berhak dibandingkan orang-orang Yahudi dikarenakan beberapa alasan :
  1. Sesungguhnya kaum musliminlah yang membebaskan Al Quds (Yerusalem) dari kehancuran yang dilakukan oleh orang-orang Romawi. Kaum muslimin tidak merebutnya dari orang-orang Yahudi. Setelah menguasai Palestina justru kaum muslimin menjaga gereja-gereja dan tempat-tempat ibadah mereka.
  2. Selama 12 abad kaum muslimin berada di Palestina dan menjadikan Baitul Maqdis sebagai ibu kota bagi mereka dan menjalani pemerintahan dengan cara-cara syari’ah serta menyirami buminya dengan berbagai kebaikan dan penuh ibadah kepada Allah swt. Mereka tidak pernah meruntuhkan kota atau membakarnya, mereka tidak pernah mengusir penduduknya yang non muslim bahkan mereka semua dapat hidup dengan rasa aman selama pemerintahan islam.
  3. Orang-orang Israil tidak mungkin bisa melakukan semua yang telah dilakukan pemerintahan islam disana, yang telah menyinarinya dengan berbagai kebaikan dan toleransi yang tinggi. Kaum muslimin melakukan itu semua dikarenakan aqidah dan keimanan mereka kepada para nabi Allah sementara orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang tidak mengimani risalah Isa dan juga Muhammad. (Al Quds Asy Syarif Haqoiqut Tarikh hal 4 -5)
  4. Risalah Muhammad saw adalah risalah yang meneruskan nabi-nabi termasuk Ibrahim, Ishaq, Yaqu, Musa dan Isa yang mereka semua juga dinamakan oleh Allah swt sebagai oorang-orang yang berserah diri (muslim) sehingga kaum muslimin lebih berhak mewarisi bumi Palestina daripada orang-orang Yahudi saat ini.
Dengan demikian kaum muslimin tidak rela apabila Al Quds diambil alih oleh kaum yang suka melakukan krusakan di bumi, terlebih lagi akan dibangunanya di sana Negara Palestina.
Wallahu A’alam.

Diplomasi Munafik Yahudi

Penarikan pemukim Yahudi di Jalur Gaza dan Tepi Barat oleh Pemerintah Israel bukan suatu jaminan, bahwa pemerintah Israel dan bangsa Yahudi akan merelakan tanah Palestina untuk rakyat dan bangsa Palestina. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah bangsa Yahudi yang memang kurang bisa memegang atau menepati janjinya sendiri.
Ketika negara Israel berdiri tanggal 14 Mei 1948, berdasar perjanjian Bolfour yang disponsori oleh Inggris, Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1947 telah merencanakan berdirinya negara-negara Palestina dan Yahudi. Dengan cepat, pasukan Yahudi segera mengamankan wilayah-wilayah yang diperuntukkan untuk mereka dan kemudian meluaskannya ke bagian-bagian Palestina yang diperuntukkan untuk negara Palestina. Tentu saja hal tersebut menyulut perang antara Yahudi dan Arab dan berkelanjutan sampai saat ini. Namun sejarah terhempasnya Palestina adalah dimulai ketika terjadi perang pertama yang terbagi dalam dua babak antara bangsa Arab dan Yahudi pada tahun 1947 hingga 6 Januari 1949. Babak pertama ditandai dengan pasukan regular Yahudi melawan pasukan nonregular Arab, dan kedua ditandai dengan peperangan antar unit-unit Yahudi dan lima angkatan bersenjata Arab yang memasuki Palestina sehari setelah berdirinya negara Israel 14 Mei 1948 (Paul Findley, mantan anggota Kongres Amerika Serikat).
Kebohongan-kebohongan Yahudi
Pertama, ketika Golda Meir menjadi Perdana Menteri Israel tahun 1975 yang menyatakan bahwa ‘kami, tentu saja, sama sekali tidak siap untuk perang’. Faktanya, pada hari dikeluarkannya Rencana Pembagian PBB 29 Nopember 1947, Yahudi telah menggerakkan mesin perangnya dengan merekrut pemuda berumur 17-25 tahun. Pada tanggal 5 Desember 1947, pemimpin zionis, David Ben-Gurion memerintahkan aksi segera untuk memperluas pemukiman Yahudi di tiga daerah yang diserahkan oleh PBB kepada negara Arab Palestina. Rencana ini dikenal dengan Rencana Militer Gimmel, yang tujuannya adalah mengulur-ulur waktubagi mobilisasi kekuatan Yahudi dengan merebut titik-titik strategis yang dikosongkan oleh Inggris untuk meneror penduduk Arab agar menyerah. Pasukan bawah tanah Yahudi, Haganah, merealisasikan rencana tersebut dengan menyerang desa Palestina, Khissas, bagian utara Galilee. Ben Gurionlah yang harus bertanggungjawab penyerangan agresif Yahudi terhadap milik dan warga Palestina. Dengan demikian, Yahudi sejak awal sudah memersiapkan diri untuk perang, bukan sebaliknya seperti kata Golda Meir.
Kedua, Jacob Tzur, seorang zionis menyatakan bahwa ‘perang total dipaksakan pada bangsa Yahudi’. Faktanya, angkatan bersenjata Israel sudah bergerak dalam waktu beberapa minggu setelah rencana Pembagian PBB tahun 1947. Sebaliknya, baru pada tanggal 30 April 1948 untuk pertamakalinya para kepala staf angkatan bersenjata Arab bertemu untuk membuat rencana interveni militer. Hal ini diperkuat oleh ucapan ahli sejarah Israel, Simha Flapan, bahwa ‘para pemimpin Arab masih berusaha keras untuk menemukan rumusan penyelamat muka yang dapat membebaskan mereka dari tuduhan-tuduhan melancarkan aksi milter.’
Ketiga, Yigal Allon, Wakil Perdana Menteri Israel 1970 menyatakan ‘bangsa Arab mempunyai keunggulan yang luar biasa dalam potensi, sukarelawan, atau sumberdaya manusia dari para wajib militer.’ Faktanya, orang-orang Yahudi di Palestina selalu mempunyai senjata-senjata yang lebih baik dan lebih banyak dibanding dengan orang-orng Palestina atau orang-orang Arab lainnya, sementara Amerika dan Barat mengembargo senjata kepada dua komunitas bangsa tersebut. Pasokan senjata Yahudi diperoleh dari Cekoslovakia dan para zionis Amerika, antara lain dari Rudolf G. Sonneborn, seorang industrialis-jutawan New York, Adolph William Schwimmer kelahiran Austria, dan Teddy Kollek yang mengetuai pembelian senjata bawah tanah di New York, yang kemudian hari menjadi walikota Jerussalem Barat yang masuk wilayah Yahudi.
Keempat, Chaim Weizmann, Presiden sementara Israel 1948 menyatakan ‘musuh-musuh kami telah gagal mengalahkan kami melalui kekuatan bersenjata meskpun jumlah mereka jauh melebihi kami, duapuluh berbanding satu.’ Faktanya, jumlah pasukan bersenjata yang telah terletih jauh melebihi jumlah seluruh pasukan yang diterjunkan di medan peang oleh lima negara Arab pada 15 Mei 1948. Di garis depan jumlah pasukan Israel 27.400 orang, sedangkan dari negara-negara Arab 13.876. Dinas intelijen Amerika Serikat memperkirakan, Yahudi mempunyai pasukan sebanyak 40.000 orang dan milisi sebanyak 50.000, sebaliknya pasukan Arab hanya berjumlah 20.000 orang, dan gerilyawan berjumlah 13.000 orang.
Kelima, Terrence Prittie dan B. Dineen, The Double Exodus 1976 menyatakan, ‘orang-orang Arab demikian kuatnya pada 1948 sehingga banyak ahli militer mengira Israel akan segera terkalahkan.’ Faktanya, Israel memiliki banyak kelebihan dalam hal pasukan dan persenjataan, sehingga tidak pernah ada keraguan di kalangan para pengamat, bahwa Israel akan memenangkan perang. Bahkan ahli sejarah Benny Morris menyimpulkan ‘Yishuv (komunitas Yahudi di Palestina) secara militer maupun administratif jauh lebih unggul dibanding orang-orang Arab Palestina.’
Keenam, Golda Meir, mantan Perdana Menteri Israel 1972 menmyatakan ‘kami pun mempunyai kelompok-kelompok teroris sendiri semasa perang kemerdekaan: Stern, Irgun … Namun tidak satu pun di antara mereka yang menyelubungi diri dengan kekejian sedemikain rupa sebagaimana yang telah dilakukan orang-orang terhadap kami.’ Faktanya, dalam periode 1947-1948 yang mengkibatkan kelahiran negara Israel, terorisme marak di Palestina, dilancarkan, terutama oleh kaum zionis. RD Wilson, seorang mayor Inggris tahun 1948, menyatakan bahwa para zionis melakukan serangan-serangan biadab atas desa-desa Arab, di mana mereka tidak membedakan antara kaum wanita dan anak-anak yang mereka bunuh setiap ada kesempatan.’
Ketujuh, David Ben-Gurion seorang zionis senior pada pertengah 1915 menyatakan bahwa ‘kami tidak bermaksud menyingkirkan orang-orang Arab, mengambil anah mereka atau merampas warisa mereka.’ Faktanya, setelah penaklukan tanah Arab pada perang 1948, terjadi perampasan yang disusul penyitaan kekayaan Palestina oleh orang-orang Yahudi. Menurut ahli sejarah Israel, Tom Segev menyatakan bahwa orang-orang Yahudi melakukan penjarahan dan perampasan. Salah seorang menteri pada awal negara Israel, Aharon Cizling mengeluh bahwa ‘sungguh memalukan, mereka memasuki sebuah kota dan dengan paksa mencopot cicin dari jari dan perhiasan dari leher seseorang, banyak yang melakukan kejahatan itu.’
Kedelapan, AIPAC pada tahun 1992 menyatakan ‘bukti terbaik untuk menentang mitos (ekspansionisme Israel) ini adalah sejarah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya pada tahun 1948, 1956, 1973 dan 1982.’ Faktanya, di tengah-tengah perang 1948, diplomat Inggris Sir Hugh Dow melaporkan bahwa ‘orang-orang Yahudi itu jelas ekspansionis’. Israel tidak pernah menyerahkan satu bagian penting pun dari tanah yang direbutnya pda tahun 1948. Israel menguasai daerah Palestina yang mencakup 745 kota kecil dan desa yang sebagian besar di antaranya kosong atau segera dibuat demikian.
Moshe Dayan, Menteri Pertahanan Israel tahun 1969 pernah mengatakan bahwa ‘tidak satu tempat pun yang dibangun di negeri ini yang sebelumnya tidak dihuni oleh penduduk Arab.’ Orang-orang Israel telah menyita 158.332 dari keseluruhan 179.316 unit perumahan, dan telah mengambialih 10.000 toko, 1.000 gudang, 90% kebun zaitun, dan 50% kebun jeruk, sehingga dapat menolong keseimbangan neraca pembayaran Israel, demikian kata Ian Lustick.
Diplomasi munafik ini masih terus berlanjut sampai abad ke-21, dan Amerika Serikat sebagai negara adidaya, berada di belakang semua ini. Karena memang lobi Yahudi Amerika sangat piawai menembus Gedung Putih, Pentagon, Senat dan Kongres Amerika Serikat. Akibatnya Arab, Islam dan khususnya Palestina akan gigit jari sampai kapan pun untuk memperoleh keadilan.
Artikel ini telah dimuat di majalah Amanah No. 66 TH XIX Oktober 2005 / Sya’ban – Ramadhan 1426 H

Uskup Agung: Israel Bukan Tanah Perjanjian

Uskup Agung: Israel Bukan Tanah Perjanjian
Islam Times- Wilayah itu merupakan tempat leluhur Yahudi, yang dipimpin Nabi Musa, tinggal setelah lari dari kejaran Firaun dan menyeberang Laut Merah. Kaum Yahudi, yang menganggap diri sebagai Umat Terpilih, tidak memandang 1,5 juta bangsa Palestina yang sudah berada di sana sebelumnya
Uskup Agung: Israel Bukan Tanah Perjanjian
Uskup Agung Umat Katolik menyatakan Israel bukan Tanah Perjanjian. Demikian kesimpulan konferensi Uskup Agung yang berlangsung di Tahta Suci Vatikan.

"Israel tidak bisa menggunakan alasan Tanah Perjanjian untuk mengklaim teritori Palestina," ujar Cyril Salim Bustros, Uskup Gereja Melkite Yunani, seperti dikutip CNN, Senin (25/10).

Pascaperang Dunia II, kaum Yahudi berkumpul di tepi barat Laut Tengah, dan mengklaim wilayah itu sebagai Tanah yang Dijanjikan Tuhan dalam kitab suci mereka, Taurat.

Wilayah itu merupakan tempat leluhur Yahudi, yang dipimpin Nabi Musa, tinggal setelah lari dari kejaran Firaun dan menyeberang Laut Merah. Kaum Yahudi, yang menganggap diri sebagai Umat Terpilih, tidak memandang 1,5 juta bangsa Palestina yang sudah berada di sana sebelumnya.

Bustros mengatakan tidak dapat menerima penggunaan "Perintah Tuhan" untuk melakukan ketidakadilan. Menurutnya, Umat Kristiani tidak lagi memandang Tanah Perjanjian bagi kaum Yahudi. "Karena 'Perjanjian' sudah terhapus dengan hadirnya Kristus," ujarnya.

Para Uskup Agung menyatakan "Kerajaan Tuhan" meliputi seluruh dunia. "Tidak ada 'Umat Terpilih', semua laki-laki dan perempuan di setiap negara adalah 'Orang-orang Terpilih'," kata Bustros.

Konferensi dua pekan ini berlangsung atas permintaan dunia internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk membahas pendudukan Israel di Tanah Palestina. Synoda atau konferensi ini berakhir setelah sidang terakhir yang dipimpin langsung Paus Benedictus XVI, Sabtu lalu.

Pernyataan itu mengundang kemarahan Israel. "Konferensi itu dibajak gerakan anti-Israel," kata Wakil Menteri Luar Negeri Israel, Danny Ayalon. "Ini adalah serangan politik, bagian dari Proganda Arab."

Ayalon menuding pernyataan Bustros sebagai fitnah. Di

ISRAEL TAIK

Deir Yassin adalah sebuah desa indah yg terletak di puncak bukit yg berbatasan dgn Al-Quds. Pagi hari, 9 April 1948, tentara Zionis merangsek masuk tanpa peringatan dan membantai semua orang Palestina yg dapat dijumpainya. Pemerintah Zionis bahkan tidak membantah bahwa mereka telah membunuh ibu-ibu hamil, orang tua dan anak-anak. Pembantaian Deir Yassin adalah awal mula dari penjajahan tanah Palestina besar-besaran yg kita saksikan hingga kini.